Saya teringat masa beberapa tahun yang lalu, ketika saya mengajukan proposal pernikahan. Ibu saya menolak sebelum saya menjelaskan situasi dan alasan alasan lainnya. Saya mundur. Mengalah, mendengar titah ibu, berharap itu berkah.
Suatu saat Ibu saya menawarkan seorang perempuan kepada saya. Saya tidak tahu orangnya, hanya diberi tahu namanya. Saya minta diperkenalkan, beberapa minggu lewat, ternyata tidak terlaksana. Saya berkesimpulan, Ibu saya tidak serius.
Belakangan saya tidak terlalu berhasrat untuk menunaikan ibadah yang dirindu para bujang itu. Pun saya juga tidak menampik berharap segera bertemu perempuan yang cocok. Cocok untuk saya, Cocok untuk Ibu saya.