Perlahan ku bolak-balik rendaman cucian itu, pada sepotong baju nampak ada yang mengganjal di kantung depannya.. kotak, berukuran sekitar lima atau enam sentimeter..
semakin penasaran, koko biru itu ku bentangkan di atas bak diameter seperempat. nampak lusuh, dibbeerap tempat ada noda kecil, bintik-bintik tanda usia yang telah tua.
memang koko dengan corak tangkai melingkar-lingkar itu adalah pemberian orangtua, dahulu sekali ketika fitri (lebaran) tinggal beberapa hari lagi. sudah menjadi kebiasaanya (orangtuan) setiap ramadhan dipenghujung perjalanannya, mereka akan memberikan sesuatu yang baru untuk anak-anaknya. Berenam bersaudara kami akan diberikan baju baru, tapi koko ini sepertinya bonus. karena biasanya kami akan diberikan baju baru buatan sendiri.
ibuku penjahit? betul.., entah dari mana keahlian itu dia dapatkan, karena setahuku tak ada tempat kursus menjahit di daerahku, bahkan sampai sekarang "mungkin"... terakhir baru kutahu dari eyang yang di jawa, kalau dulu ketika sekolah di SMA PGRI (dulu apa namanya ya..) setiap usai sekolah ibuku menyeempatkan belajar menjahit pada bu kardi, tetangga sebelah rumah.
makanya, disetiap penghujung ramadhan, ada enam bersaudara yang menggunakan baju baru dengan corak, warna, motif, dan jenis kain yang sama.. sudah seperti polisi saja, "berseragam"...
dan koko itu adalah bonus, entah bonus untuk apa. tapi itu diberikan ketika aku kelas satu SMA, jadi mungkin itu hadiah atas diterimanya masuk disekolah lanjut. "ah... koko yang usah, dia sudah menemani begitu banyak episode yang telah terlewati"...
kotak yang menonjol dalam kantung baju itu akhirnya ku ambil, membuka sedikit ruang sehingga jemariku dapat menjepit benda itu dan menariknya keluar..,
"Sebuah Al Ma'tsurat yang basah..."
sejenak aku termenung. buku kecil ini, yang selalu menemani dikala senja dan pagi menjelang, menggiring ingatanku pada suatu narasi hidup yang panjang. mengumpulkan keping-keping kenangan yang saling bersambungan terikat pada benda mungil Al Ma'tsurat.
Untaian kata yang bermakna puji, mengagungkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, menjadikanNya benar-benar satu yang teragung yang disembah oleh selayaknya seluruh manusia. doa yang mengiringi kekuatan langkah setiap da'i yang senantiasa melantunkannya dipagi dan petang. doa yang dipanjatkan mengharap kesatuan hati pada saudara yang dicinta. cinta yang tumbuh dan berkembang dalam ketaatan kepada penciptanya.
kecil hijau, buku ini. yang serupa pertama kali aku membacanya ketika sholat magrib berjama'ah dengan akhi-akhi dari sebuah LDF, Al Musthofa namanya. dan di Musholla Al Musthofa kami membacanya.
duduk melingkar antara spuluh atau lima belas orang, salah satu diantara kami, memulainya. mengajak membuka Al Ma'tsurat, dan mulailah dzikir itu di lantunkan...
Ta'awudz, basmallah.. surat Al Fatihah... seterusnya..
sungguh ini perasaan yang indah. ku persaksikan diantara mereka wajah-wajah yang bergembira, bergembira atas apa yang Allah telah berikan pada mereka. ku lihat rautnya yang senantiasa membawa kebahagiaan ketika bertemu. senyum keikhlasan, perhatian yang tulus telah menjadikanku husyu' dalam alam ukhuwah.
hari-hari selanjutnya adalah hari yang mengantarkan pribadi yang jauh dari mengenal Islam ini bertemu dengan keindahan cahaya Islam. tak kulihat Islam itu anarkis seperti yang selalu kudeengar dari radio, tak kulihat Islam itu keras, kejam dan bengis seperi yang kudengar dari kebanyakan. yang kutemui Islam itu sempurna, diturunkan oelha yang maha sempurna, disampaikan oleh manusia sempurna. mengamalkannya adalah kesempurnaan, meninggalkannya adalah kerugian.
bersambuang.......