Tanggal sebelas Oktober Bertempat dilapangan jalur ijo, sekelompok remaja berkumpul. masing-masing mereka, memegang seperangkat layangan lengkap dengan alat penerbannya (tali;red). Mereka tampak antusias dan bergembira, seolah menunggu sesuatu, sesekali mereka melihat kearah barat, sesekali melihat ke arah timur. Beberapa diantara mereka bersiul dengan urutan nada tertentu Cuuuuuuuuuit... cuuuuit... cuuit.. cuit.. cuit... begitu bunyinya, dati tempo panjang ketempo pendek. lalu dipanjangkan lagi. Ya.. mereka sedang melakukan ritual memanggil angin.
Setelah ritual memanggil anggin dilakukan, nampak daun pepohonan yang ada ditepi lapangan bergoyang-goyang.
"Angin...angin.. !" Sontak mereka berteriak kegirangan. dalam sekejap, mereka telah bersiap akan menerbangkan layangan.
Sekitar sepuluhan anak sebagai pilot dan yang lainnya co-pilot yang membantu penerbangan. Co pilot bertugas memegang layangan yang hedak diterbangkan, sementara pilot utamanya berada sekitar seratus meter memeangan seutas tali yang terhubung dengan layangan.
"Siap...!" teriak pilot pada Co-pilotnya. Co-Pilot mengangkat jempolnya tanda siap siaga.
Sekali lagi pilot melihat keangkasa, kearah timur, memastikan angin yang berhembus cukup untuk menerbangkan layangan.
"Lepas!" Pilot memberi aba-aba terakhir.
Kesepuluh layangan Take Off hampir bersamaan, membelah angkasa pertiwi. Co-Pilot berlarian menuju lokasi pilot, memberi bantuan yang diperlukan Oleh pilot, memegan gulungan benang, agar benang tak kusut saat di lepas. Sedangkan pilot, dengan sekuat tenaga sesekali menarik benang agar layangan naik keatas, sesekali mengulur, lalu di tarik lagi, diulur lagi, ditarik lagi, diulur lagi, terus begitu, sampai layangan mengangkasa dengan gagah.
Kuatnya hembusan angin, terkadang menyulitkan Pilot. terlebih dalam menerbangkan layangan mereka sama sekali tak menggunakan alat bantu apapun. Hanya tali dan tangan telanjang. sementara ukuran layangan bisa tiga kali ukuran tubuh mereka. jadi kalau tidak lihai dalam menerbangkan layangan, maka telapak tangan akan terluka karena terkenan gesekan tali nilon yang tajam. Meskipun begitu, mereka nampak bergembira.
"Terbanglah layanganku, hiasi langit pertiwiku. Engkau adalah simbol perjuangan dan harapan. Seperti engkau yang mengangkasa di langit biru, kami titipkan segenggam cita untuk anak negeri, Negeri yang damai ini, mari hiasi dengan saling menghargai, saling menghormati, toleransi, dan saling melengkapi". (Rmd)
No comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik meninggalkan jejak..