nah bang Fathiyakan dalam bukunya "bagaimana kita menyeru kepada Islam", sebenarnya buku ini termasuk buku-buku lama. karena ada begitu banyak buku-buku baru untuk mengisi khasanah Tarbiyah kita. apa lagi di indonesia,
terkhusus Yogykarta, banyak penulis-penulis kreatif dan berbobot yang
menuangkan renungan dan kajiannya mengenai aktivitas dakwah dalam
kemasan yang lebih mengena terhadap budaya orang-orang yogya. Namun
demikian, ilmu tetaplah ilmu, terutama yang bersumber dari Qur'an dan
Sunnah, maka ia akan tetap relevan pada kondisi apapun.
"....Kita tidak ragu lagi bahawa mereka ini dan mereka itu adalah para petugas yang baru tegak di pinggir da’wah,
di tepi ‘amal keislaman. Mereka belum turut terjun ke bidang da’wah.
Mereka malahan belum turut masuk ke RUANG LINGKUP agama Islam yang
sebenamya, malah masih belum turut menghirup udaranya yang segar…!"
sungguh tersentak saya membaca sekelumit kalimat Bang Fathi itu, "..baru tegak di pinggir dakwah". sungguh,
ini adalah sindiran yang begitu dalam. beberapa orang diantara kita
barangkali melakukan yang terbaik untuk dakwah demi pelaksanaan
pencapaian cita-cita dakwah.
sehari semalam suntuk kita
menghabiskan waktu memikirkan tentang bagaiman agar dakwah ini dapat
berjalan, menyampaikan tentang nilai-nilai Islam kepada umat manusia.
hingga terkadang kita tak lagi memiliki waktu yang cukup untuk melakukan
perawatan terhadap diri kita.
Namun tetap saja, Bang Fathi, secara gamblang menuliskan "..baru tegak di pinggir dakwah". dalam
analogi sederhana, maka orang yang berada dipinggir adalah orang tentu
belum dapat merasakan atau secara keseluruan mampu merasakan muatan
dakwah secara luas. Atau analogi yang lain, ada se-loyang makanan
dihadapan kita (biasalah; loyang Mbo'), ada nasi yang menjadi menu
utama kita, beberapa sayur mayur, dan lau yang lengkap diatasnya, maka
mereka yang berada dipinggir hanya -mungkin- dapat merasakan hambarnya
rasa nasi saja, sebab ia tak mampu menjangkau rasa secara keseluruhan ,
sehingga saya bisa katakan "..baru tegak dipinggir loyang" (hehehe..).
Tapi mengapa Bang Fathi
menuliskan yang demikian?, secara singkat ia telah memaparkan penyebab
munculnya golongan ini dalam beberapa paragraf tulisan sebelumnya, dan
lebih banyak diuraikan dalam paragraf-paragraf selanjutnya.
satu dari dua paragraf sebelumnya itu, menyampaikan bahwa golongan ini adalah para
da’ie masa kini yang belum benar-benar memahami tentang selok-belok dan
tujuan yang harus mereka ikuti; memahami berapa jauhkah jarak yang akan
mereka tempuh.
Mereka memang aktif dalam
berbagai organisasi dakwah, sering memberikan seruan-seruan kepada
manusia terhadap Islam, dan melakan kajian-kajian yang mendalam tentang
upaya-upaya menegakkan kalimat Allah dimukan Bumi. hingga pada akhirnya
secara harfiah (nampaknya) ia adalah seorang da'i yang memag pantas
untukk diberi gelar pahlawan dakwah. namun secara tidak sadar dia justru menjadi penghalang bagi tegaknya dakwah itu sendiri, karena ketidaktahuannya tentang selok-belok dan tujuan yang harus mereka ikuti; memahami berapa jauhkah jarak yang akan mereka tempuh. Di sebabkan karena mereka telah menjadi contoh yang tidak baik terhadap masyarakat.
Ditambahkan pula, bahwa golongan pinggiran ini adalah mereka yang
menyangka bahawa perintah-perintah Islam itu gugur dari pundak mereka
kalau mereka sudah menulis buku tentang Islam, atau menulis artikel yang dimuatkan dalam surat khabar
atau majalah, atau menyampaikan khutbah yang jitu di masjid, atau
mengisi pengajian tetap Ada pula yang menyangka bahawa puncak kemuliaan
dan kedudukan yang dicitacitakan ialah terdaftar namanya sebagai
pengurus yang aktif dalam sesuatu jama’ah Islam dan nampak kegiatannya
menghadiri program-program yang bertujuan memajukan jama’ah itu....!
Tetapi mereka juga tidak mengetahui selok-belok dan tujuan yang harus mereka ikuti; memahami berapa jauhkah jarak yang akan mereka tempuh. Sehingga justru kemenangan Islam itu jauh sungguh dari apa yang diharapkan.
---------------------------------------------
Bingung
juga, ternyata menjadi orang yang begitu aktif dalam barisan dakwah,
dan bergabung dalam barisan jama'h dakwah atau melakukan syiar-syiar
Islam kepada manusia masih belum menjadika kita para Da'i dapat lepas
dari tergelincirnya kita menjadi orang-orang yang berada dipinggir dalam
barisan dakwah.
Namun demikian, Bang Fathi
menjelaskan bahwa, keterhindaran diri seorang da'i dari menjadi golongan
pinggir itu dapat dilakukan dengan memahami seluk beluk dan tujuan
dakwah, serta memahami benar tentang jarak yang harus ditempuh dalam
memperjuangkan dakwah Islam ini. Yang terintegrasi dalam amal-amal
dakwah kita untuk menyeru manusia dalam pemahaman dakwah yang benar,
yaitu "Pengorbanan".
Pengorbanan dalam arti luas bermakna melewati
batas-batas jenisnya dan sifatnya. Pengorbanan mencakupi segala
peredaran dalam roda Islam, walau bagaimanapun hangatnya keadaan dan
suasana alam sekitar, dan bagaimanapun beratnya tugas yang harus
dilaksanakan!
semoga bermanfaat., pembahasan yang lebih dalam akan disampaikan dalam tulisan berikutnya....
No comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik meninggalkan jejak..