Siang itu, hampir saja bertemu dengan puncauk abadi (belakangan baru tahu), lelah dan tekanan mental mengiringi setiap langkah yang mulai tertatih. setiap melangkah selalu terbayang betapa tingginya gunung ini, betapa jauhnya puncak dari jangkauan, betapa terjalnya medan yang menghadang. setiap melangkah selalu terbayang "sebaiknya berhenti saja", yang lain juga berhenti kok. lagi pula ini sudah waktunya untuk kembali pulang.
Tetapi jiwaku menangis, marah dan gusar. sejauh kaki-kaki ini berjalan dalam dakwah, tak pernah tubuh ini merespon semangat yang dikobarkannya. "menthok" dalam gagasan-gagasan, berhenti hanya dalam pemikiran dan ruang-ruang penyulut semangat, manakala berharap mewujudkannya dengan tindakan, berhenti begitu saja. Tubuh ini menolak untuk berkorban dan memberi lebih banyak, raga ini menolak untuk bekerja dan istirahat lebih sedikit.
Pikiranku telah memenjarakan jiwaku. terkungkung dalam ruang sempit yang bernama persepsi bahwa "aku tidak bisa". mematikan segala percikan semangat dan kobaran jiwa, hanya dengan tetesan persepsi yang membunuh segala benih-benih kekuatan, bahwa "aku tak bisa".Jiwaku telah terpenjara, membiarkan gagasan-gagasan yang hidup dalam oase jiwa terlantar lantaran tak diberi ruang untuk berkembang dan bertumbuh. kelak penjara jiwa ini semakin meninggi dan kokoh jika aku tak segera menghancurkannya.
Sumbing mengajarkan bahwa tujuan selalu dekat dengan perjuanganku. membebaskan jiwa adalah satu-satunya cara merasakan keindahan tujuan. biarkan tubuh mengikutinya dengan kelelahan, dan kehancuran. karena yang Allah persiapkan atas apa yang kuperjuangkan adalah lebih baik dari Dunia dan Seisinya.
Keyakinanku mengantarku mengalahkan rasa takut, menghancurkan penjara persepsi, dan menuntun raga yang lelah untuk bergerak lagi. hingga kurasakan tujuanku begitu indah dalam genggaman tanganku. Semoga Allah SWT meridhoi segala langkah dan perjuangan. Amin..
No comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik meninggalkan jejak..