Seperti waktu-waktu yang lalu, setiap jum’at petugas takmir
masjid mengkhususkan diri kepasar demangan untuk membeli sejumlah makanan
ringan, guna disuguhkan saat penghitungan uang infak saat ibadah jum’at.
Dan kali kesempatani ini, ane berkesempatan menemani kawan,
berangkata kepasar.
Selalu ada yang menarik, ketika masuk kepasar ini. Aktivitas
jual beli dan interaksi antar orang-orang yang ada disana sungguh sangat hiruk
memukai hati.
Dan satu yang menari perhatian ane, adalah seorang penjual
beras tepat didepan tempat biasa ane beli makanan kecil. Sudah berumur, dibalut
pakaian orang jawa, kebaya abangan atau apalah namanya. Nampak dari raut
wajahnya sosok yang telah mengikuti berbagai peristiwa dimasa lalunya, sehingga
terpancar keteduhan usia tua. Semoga Allah merahmatinya…
Ini yang menarik. Kebetulan temen ane bermaksud beli beras
juga. Dan jadilah peristiwa sederhana itu, sederhana karena memang sudah
terbiasa dia lakukan, dan kecil ukurannya.
Sesudah jelas jumlah beras yang akan dibeli, ibu penjual
beras pun dengan cekatan memasukkan beras kedalam timbangan, dan mengukur
beratnya, lalu memasukkannya kedalam kantung. Sekilas tidak ada yang berbeda
dengan aktivitas menjual yang lain… nah ketika beras telah dimasukkan kedalam
kantung plastik, dengan sederhana ibu penjual beras menambahkan sedikit, ya..
hanya sedikit, nyaris tak ada beratnya barangkali, sejumput* beras kedalam
kantung plastik tadi.
Ni ibu penjual beras ane perhatiin, setiap ada membeli di
ibu penjual beras, sebagi tahap akhir ia senantiasa menambahkan sejumput beras
kedalam kantung plastik wadah beras.
Aktivitas menambahkan ini sangat sederhana. Tapi
bagaimanakah Islam melihat ini, dan apa pengaruhnya terhadap daya beli? Serta
pengaruh psikologis yang muncul pada pembeli.
Ane liat pembeli merasa puas ketika sang ibu penjual beras
menambahkan sejumput beras tadi. Padahal kalau mau diukur, beratnya tidak sampi
0,5 ons..
No comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik meninggalkan jejak..