Tuesday, May 26, 2009

Kepemimpinan Dalam Organisasi

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Tiada organisasi tanpa pimpinan. Courtois berpendapat bahwa ”kelompok tanpa pimpinan seperti tubuh tanap kepala, mudah menjadi sesat, panic, kacau, anarki…”. Sebagian besar umat manusia memerlikan pimpinan, bahkan mereka tidak menghendaki yang lain daripada itu, demikian pendapat Yung. Dalam beberapa pengertian organisasi ditegaskan adanuya kepemimpinan sebagai salah satu factor organisasi, misalanya pendapat Ralph currier Davis yang menyatakan “organization is any group of individual that working to ward some common end under leadership”.
Dalam skala puraba, interakasi antar manusia dalam segi atau teknik berkomunikasi baik untuk menyampaikan informasi ataupun mempengeruhi terus berkembang. Individu yang paling berkuasalah yang pada akhirnya menjadi pemimpin dan pusat rotasi kehidupan dalam sebuah kelompok, segala kebijkan dan pengambilan keputusan menjadi wewenang sang pemimpin dan tak biasa diganggu gugat dengan alasan apapun. Peradaban manusia tertua di Dunia, dikenal system pemerintahan dimana pemimpinnya memiliki kekuasaan dalam menyelesaikan peramasalahan umum, melalui perkataan sang pemimpin dalam hal ini adalah raja, sehingga terkadang keputusan-keputusan yang dihasilkan tidak sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapi, karena keputusan-keputusan tersebut sangat bergantung pada karakteristik dan sifat serta orientasi sang pemimpin.
Pemimpin merupakan figur yang sangat sentral, ia bertanggung jawab terhadap kemajuan komunitas yang dipimpinnya. Dalam organisasi, baik organisasi dalam ruang lingkup kecil sampai ruang lingkup yang besar, segala aktifitas berupa hubungan antar satuan perangkat kerja.
Dunia interaksi antara seorang pemimpin dan yang dipimpin dalam sebuah oragnisasi selalu menimbulkan warna yang selalu berbeda, mengingat bahwa setiap orang memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda antara satu dan yang lain, maka seorang pemimpin haruslah memiliki sifat-sifat kepomimpinan yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi, semakin ia mampu menempatkan diri dalam kondisi tersebut dengan kepemimpinan yang dimilikinya tentu situasi akan membaik dan menjadi sumber penggerak yang kuat dalam meningkatkan produktifitas kerja anggota dalam organisasi sehingga tujuan dari organisasi dapat terwujud secara maksimal
Yang terpenting bagi seorang pemimpin adalah sebuah komitmen bahwa status kepemimpinan yang ia miliki adalah sebuah tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebagai bentuk eksistensi dirinya dalam mewujudkan tujuan sebuah organisasi, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan bagi anggota, dan berdampak positif bagi kepentingan orang banyak.
Setiap organisasi baik itu berupa perusahaan yang mencari keuntungan financial, lembagai swadaya masyarakat (LSM) seperti yayasan, gerakan-gerakan moral maupun organisasi kemasyarakatan selalu mempunyai visi, misi, dan tujuan
Dalam rangka mencapai tujuan cita-cita tersebut, seluruh perangkat organisasi yang dimotori oleh pimpinannya membuat strategi dan taktik serta analisis lapangan yang dilanjutkan dengan perencanaan tugas lapangan, working plan,.
Organisasi efektif dan sefisien dalam mencapai tujuan harus dikelola secara professional. pengelolaan organisasi yang professional akan membentuk budaya organisasi yang professional pula, sebaliknya organisasi yang seadanya sekedar amatiran, tanpa pemikiran yang mendalam dan sistematis serta strategis yang tepat akan menghasilkan budaya organisasi yang seadanya dan pencapaian tujuan organisasi yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari wilayah pencapaian tujuan yang menyimpang dan tidak sesuai dengan visi, misi serta tujuan serta target waktu yang telah ditentukan apakah itu terlalu cepat atau bahkan terlalu lambat, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada peta yang telah dibuat.
Oleh Karena itu sangat penting untuk memahami pemimpin, kepemimpinan dan organisasi secara komprehensif agar tercipta keseimbangan dalam mengelola badan organisasi yang berdampak pada bagaimana pencapaian tujuan organisasi itu sendiri.

B. TUJUAN

Sebuah organisasi yang menyelenggarakan system kerumahtanggaannya, tentu membutuhkan seorang pemimpin yang mengarahkan tujuan dan target yang ingin dicapai dalam periode tertentu. Dan tidak ada yang menjamin apakah semua tujuan itu akan tercapai atau tidak, sebab setiap orang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda menurut karakteristik pribadi masing-masing. Oleh karena itu makalah ini dapat dijadikan salah satu rujukan dalam mencari informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pemimpin dan kepemimpinan.
Selain itu juga makalah ini dissusun untuk memenuhi tugas matakuliah “Manajemen Insustri”, yang membahas tentanga manajemen, yang didalamnya terdapat factor pemimpin.
C. MASALAH
Beberapa lingkup masalah yang akan kita kaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud degan pemimpin dan kepemimpinan?
2. Apa yang dimaksud dengan organisasi?
3. Bagaimana memimpin dalam organisasi?
4. Apa saja yang menjadi karakteristik dan jenis pemimpin dan kepemimpinan?
5. Hal-hal apa yang menunjukan bahwa sebuah kepemimpinan dalam organisasi itu berhasil?



BAB II PEMBAHASAN
“Kepemimpinan dalam Organisasi”

A. Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.

1. Pemimpin

Pemimpin berasal dari akar kata pimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “Pimpin” mempunyai pengertian bimbing atau tuntun, sedangkan pemimpin adalah orang yang memimpin. (Memimpin: memegang tangan seseorang sambil berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan, dan sebagainya), mengetuai atau mengepalai (rapat, perkumpulan, dsb), memandu, memenangkan paling banyak, melatih (mendidik, mengajari, dan sebagainya).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, Balai Pustaka: Depdikbud), dari pengertian memimpin kita banyak sekali menjumpai kata kerja/verb. Berarti dalam pengertian memimpin lebih banyak bersifat aktif dan bukan pasif. Di sini dapat kita lihat pemimpin harusnya adalah seorang yang proaktif yang menjadi perintis/pionir bagi orang-orang di sekitarnya. Bukan sebaliknya menunggu bawahan untuk bersifat proaktif dalam menyelesaikan pekerjaan dan menyelesaikan sisa pekerjaan bawahan yang belum beres.
Seorang pimpinan dalam organisasi apapun memiliki ciri-ciri yang menonjol, di antaranya :
a. Coercive power (kekuatan untuk memaksa), contoh : orang berotot dan kuat, bersenjata yang memaksakan kehendaknya kepada orang lain dan diikuti kemauannya.
b. Reward power (kekuatan untuk memberi imbalan/penghargaan atas hasil kerja seseorang), contoh : seorang General Manager terhadap bawahannya di sebuah perusahaan.
c. Legitimate power (kekuatan yang ditimbulkan oleh pengetahuan, keahlian dan kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang), contoh : Profesor, Doktor, Dokter, Pengacara, Ulama, dan lain-lain.
d. Charismatic power (kekuatan yang ditimbulkan oleh kharisma yang dimiliki seseorang) contoh : Bung Karno, Fidel Cantro, terhadap bangsa dan rakyatnya, Kyai terhadap santrinya.
Faktor penentu keberhasilan pemimpin, ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya :
a. Modal Dasar
Modal dasar kepemimpinan adalah sifat dasar seorang calon pemimpin yang terbentuk sejak yang bersangkutan dilahirkan ke dunia. Dengan modal dasar tersebut seseorang sudah bisa mengembangkan diri menjadi pemimpin. Modal dasar penentu sehingga seseorang akan menjadi pimpinan yang efektif, efisien dan produktif di dalam mengelola suatu organisasi maupun kelompok kemasyarakatan, di antaranya adalah sebagai berikut :
1) Keberanian yang tinggi namun penuh pengertian dan perhitungan.
2) Motivasi, inisiatif dan kreativitas yang tinggi di atas rata-rata kebanyakan orang.
3) Mau berkorban, mau dekat dengan masyarakat pada umumnya serta orang yang akan dipimpinnya.
4) Pantang mundur dalam menghadapi permasalahan dan dapat dipercaya.

b. Modal penentu.
Modal penentu adalah kemampuan yang dikembangkan/dibentuk pada seorang calon pemimpin pada masa hidupnya sehingga menjadi seorang pemimpin yang efektif.
Unsur-unsur modal penentu seorang pemimpin organisasi atau lembaga harus mempunyai cita-cita (visi), misi dan tujuan didalam memimpin organisasi yang dibawahinya. Karena selalu berhadapan dengan manusia lain, maka yang bersangkutan harus bersifat terbuka dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan di sekitarnya baik bawahannya, rekan-rekannya, atasannya, bahkan pihak-pihak terkait (stake holder) yang dapat mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan organisasi yang dipimpinnya.
c. Organisasi
Organisasi adalah kumpulan orang yang secara formal memiliki tujuan yang sama untuk dicapai di mana jika masing-masing individu berdiri secara sendiri-sendiri tidak mungkin mencapainya. Itulah sebabnya di dalam organisasi terdapat proses manajemen komunikasi dan kepemimpinan agar secara bersama-sama setiap individu yang berhimpun dapat membentuk sinergi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.
Organisasi sebagai sistim kerja menurut Henry Mintzberg dapat dilihat dari berbagai cara, yaitu :
1) Sebagai otoritas formal yang digambarkan o!eh struktur organisasi.
2) Sebagai alur kerja yang diatur.
3) Sebagai komunikasi informal.
4) Sebagai konstelasi (partner) kerja.
5) Sebagai proses pengambilan keputusan secara uci hoc (tim khusus).
Semua ini harus memiliki SOP (Siunclard Operating Procedure) yang dapat menjadi dasar kebenaran pelaksanaan suatu kegiatan di setiap bagian dan unsur organisasi sehingga reward and penalty policy (kebijakan imbalan dan hukuman) organisasi dapat berjalan dengan baik, transparan serta adil.
d. Strategi.
Sebuah organisasi atau lembaga yang telah memiliki visi, misi dan tujuan akan dihadapkan pada bagaimana cara untuk mencapai pada visi, misi, dan tujuan tersebut, dan ini yang dimaksud dengan strategi.
Faktor-faktor yang diperlukan dalam pengembangan diri seorang pemimpin meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Memiliki, dan memahami untuk merealisasikan serta mengembangkan visi, misi, dan tujuan organisasi secara simultan.
2) Memiliki inisiatif sendiri, aktif dan tidak selalu menunggu, selalu bertindak sebagai pionir dan pemrakarsa.
3) Memiliki sifat-sifat universal (menyeluruh) yang baik :
a) Jujur, amanah, dan tidak khianat
b) Berfikir positif
c) Efektif dan efisien
d) Memiliki untuk mengembangkan kemampuan profesi
e) Pendidikan umum yang meluas, (tidak perlu diidentifikan dengan pendidikan tinggi dan pemilikan gelar akademik)
f) Kemampuan berkembang secara mental (pemimpin jika tidak bertumbuh secara mental sesungguhnya telah mulai dengan proses stagnasi dalam kehidupan kepemimpinannya)
g) Ingin tahu, (selalu ingin mengadakan perubahan melalui innovatip dan kreatipitasnya)
h) Kemampuan analistis
i) Memiliki daya ingat yang kuat
j) Kapabilitas integratip
k) Keterampilan berkomuniksi
l) Keterampilan mendidik
m) Rasionalitas dan obyektivitas
n) Pragmatis
o) Sense of urgency
p) Sense of timing
q) Sense of cohesiveness
r) Sense of relevance
s) Kesederhanaan
t) Keberanian
u) Kemampuan mendengar
v) Adaptabilitas dan fleksibilitas
w) Ketegasan
x) Mampu menciptakan nilai-nilai kesamaan/kebersamaan di dalam masyarakat :
i. ke dalam harus memperkuat kerjasama/team work/esprit d’corps
ii. ke luar hidup bermasyarakat dan mencari serta mengembangkan sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan kepercayaan dan kebersamaan.
4) Tujuan adalah pilihan terbaik bersama-sama, pemimpin tidak bisa bekerja sendiri dan untuk diri sendiri.
5) Kepemimpinan adalah suatu proses, integritas (keahlian dan kemampuan), oleh sebab itu harus belajar terus dan mengisi diri tanpa henti.
Sementara itu Sondang (1994) menjelaskan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
1) seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
2) bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya
3) ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
Sedangkan efektifitas kepemimpinan yang seorang pemimpin jalani dapat dikaji dari hal-hal sebagai berikut :
1) Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dialihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain
2) Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain
Pemimpin Visioner

Kebutuhan sebuah komunitas manusia terhadap seorang pemimpin adalah mutlak, sehingga baik buruknya, sehat tidaknya, berhasil atau gagal yang dihadapi oleh sebuah komunitas tersebut sangat bergantung pada kecerdasan seorang pemimpin untuk menjadi seorang pemimpin. Sehingga dalam beberapa literatu diterangkan bahwa majunya sebuah komunitas dalam menjalankan roda kesehariannya pada umumnya kerena komunitas tersebut memilik seorang pemimpin yang visioner
Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
Kompetensi Pemimpin Visioner
Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
a. Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
b. Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
c. Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
d. Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:
a. Visualizing. Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
b. Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
c. Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
d. Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu
e. Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
f. Taking Risks. Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
g. Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
h. Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan golongan tertentu.
i. Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
j. Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Peran Pemimpin Visioner
Burt Nanus (1992), mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu:
a. Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari "get-go." Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
b. Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
c. Juru bicara (spokesperson). Memperoleh "pesan" ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus "bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi."
d. Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh "pemain" untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah "pencapaian kemenangan," atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat untuk ditunjuk sebagai "player-coach."
2. Kepemimpinan
Menurut James A.F. Stoner Hall, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan, melaksanakan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan untuk suatu kurun waktu tertentu.
Pada setiap jenis organisasi dan tingkatan, bentuk dan perilaku kepemimpinan berbeda-beda di dalam melaksanakan fungsinya. Seperti dalam organisasi suatu Perusahaan, Lembaga Pendidikan Tinggi, TNI, dan LSM, pendekatan yang dilakukan pemimpin terhadap bawahannya berbeda jauh, demikian pula budaya organisasinya.
Di dalam buku Management of Organizational Behaviour karya Paul Hersey pada bab situational leadership, pendekatan kepemimpinan dibagi dalam empat bentuk yaitu:
a. Direction / instruction / telling approach (pengarahan)
Bagi karyawan pekerja (clerk) pendekatan perintah yang jelas dan tegas adalah pendekatan yang paling tepat, demikian pula dalam menghadapi keadaan darurat (kebakaran, kecelakaan, dll).
b. Promotion/selling approach (promosi).
Untuk memotivasi bawahan pada tingkat manajerial maka menyampaikan gagasan atau turut dalam pengambilan keputusanlpelaksanaan pekerjaan menjadi cara yang lebih tepat karena pada tingkat manajer, akal pikiran, kemampuan serta inisiatif mereka sangat dibutuhkan dan hasil akhir dan dua atau lebih pemikir diharapkan memberi output lebih baik dibandingkan satu kepala saja.
c. Participating approach (peran serta).
Participating approach sering dicontohkan sebagai hubungan antara dosen dengan mahasiswa yang sedang menyiapkan tesis akhirnya.
d. Delegating/delegation of authority approach (pendelegasian).
Adapun pada tingkatan manajemen puncak, pendekatan pemimpin kepada bawahannya lebih menggunakan cara pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dengan terus melakukan monitoring melalui rapat evaluasi rutin. Hal mi juga berlaku bagi organisasi yang produk akhirnya dihasilkan oleh pemikiran-pernikiran intelektual seperti universitas/lembaga pendidikan dan konsultan yang mempekerjakan peneliti ahli dan dosen-dosen yang bertanggung jawab pada pimpinan universitas / pimpinan lembaga pengkajiannya.
berikut adalah tipe-tipe kepemimpinan yang sering digunakan dalam kehidupan berorganisasi secara umum:
a. Tipe Otokratik

Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negative. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
1) kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
2) pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
3) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
1) menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
2) dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
3) bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
4) menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.

b. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
c. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
d. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah :
1) pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
2) pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
3) Status quo organisasional tidak terganggu
4) Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
5) Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum

e. Tipe Demokratik
1) Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
2) Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
3) Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
4) Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
5) Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

B. ORGANISASI

Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa pendapat sebagai berikut :
1. Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya “The Executive Functions” mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih” (I define organization as a system of cooperatives of two more persons)
2. James D. Mooney mengatakan bahwa : “Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose” (Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama)
3. Menurut Dimock, organisasi adalah : “Organization is the systematic bringing together of interdependent part to form a unified whole through which authority, coordination and control may be exercised to achive a given purpose” (organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).
2. Menurut Luther Gullick ”organisasi adalah pembagian satuan kerja oleh seseorang yang memiliki wewenang tertinggi dalam struktur, sehingga pekerjaan dapat dikoordinasikan oleh perintah atasan kepada para bawahan, yang menjangkau dari puncak sampai kebawah di seluruh badan organisasi”
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :
1. Orang-orang (sekumpulan orang),
2. Kerjasama,
3. Tujuan yang ingin dicapai,
Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.
1. Ciri-ciri Organisasi
Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal,
b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan,
c. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran, tenaga, dan lain-lain,
d. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan,
e. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
2. Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M. Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya “Organization of Canadian Government Administration” (1965), bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi :
a. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
b. Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
c. Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.
d. Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.
e. Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.
f. Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.
g. Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
h. Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.
i. Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
j. Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
k. Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
l. Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.

3. Jenis-jenis Organisasi
Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
a. Berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan.
1) bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang.
2) bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.
b. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan.
Bentuk organisasi ini meliputi;
1) organisasi lini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang memimpin unit-unit dalam organisasi,
2) bentuk lini dan staff, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi,
3) bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat horizontal.
c. Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu ;
1) organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti : organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum
2) organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby, dll.
d. Berdasarkan tujuan.
Organisasi ini dapat dibedakan, yaitu :
1) organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau ‘profit oriented’ dan
2) organisasi sosial atau ‘non profit oriented ‘
e. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu ;
1) organisasi pendidikan
2) organisasi kesehatan,
3) organisasi pertanian, dan lain lain.
f. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :
1) Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan,
2) Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik
3) Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja
4) Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan lain lain.
g. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat.
Organisasi ini meliputi;
1) Mutual benefit organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi,
2) Service organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan, misalnya bank,
3) Business Organization, organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti perusahaan-perusahaan,
4) Commonwealth organization, adalah organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh masyarakat umum, seperti organisasi pelayanan kesehatan, contohnya rumah sakit, Puskesmas, dll

C. PEMIMPIN DALAM ORGANISASI

Pemimpin adalah figur yang harus bisa mengautr seluiruh sirkulasi yang ada di tubh organisasi, agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Membaca situasi dan memetakan “key point” adalah salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kinerja anggota, berawal dari kapasitas seorang pemimpin, visi organisasi, misi organisasi, jumlah anggota, kemampuan anggota, kinerja anggota, peraturan organisasi, dan masih banyak lagi. Aspek-aspek tersebut dianalisis secara komprehensif, agar diperoleh pemetaan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang menjadi target pencapaian.
Seorang pemimpin tidak akan lepas dari pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan berangkat dari masalah atau, kesempatan. Pengambilan keputusan pada dasarnya memilih alternatif yang terbaik dari serangkaian alternatif yang ada. Ada dua tipe keputusan, yaitu: keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram. Keputusan tidak terprogram ditujukan untuk memecahkan masalah yang tidak muncul secara. rutin, sedangkan keputusan yang terprograrn ditujukan untuk memecahkan masalah yang rutin. Dalam pengambilan keputusan, situasi yang dihadapi oleh manajer dapat bervariasi dari kondisi yang pasti sampai kondisi yang sangat tidak pasti.
Dalam berorganisasi, seringkali kita dihadapkan pada persoalan peran yang kadangkala menimbulkan rasa tidak nyaman bagi si pelaku, disebabkan oleh adanya perasaan tidak puas terhadap tugas yang dijalani sebab ia merasa amanah tersebut tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki apakah kemampuan itu lebih tinggi atau lebih rendah dalam hal ini adalah kebanyakan seseorang mengambil sebuah tanggungjawab karena menginginkan kedudukan yang lebih tinggi, sehingga subtansi dari tugas-tugas yang diembannya menjadi hilang. Dan terkadang hal ini dapat menimbulkan keretakan dalam komunitas tersebut, sehingga mengganggu harmoni yang menjadi kunci kesuksesan dalam mencapai target secara organisatoris.
Yang terpenting bagi seorang pemimpin adalah sebuah komitmen bahwa status kepemimpinan yang ia miliki adalah sebuah tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebagai bentuk eksistensi dirinya dalam kerangka berpikir untuk mewujudkan tujuan sebuah organisasi, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan bagi anggota, dan berdampak positif bagi kepentingan orang banyak.
seorang pemimpin yang baik. dalam rangka membentuk budaya organisasi yang diinginkan seyogyanya menyesuaikan diri, beradaptasi dengan golongan yang sesuai dengan citra organisasi dan diri yang bersangkutan. Jangan sampai sebuah organisasi kemasyarakatan, pendidikan, keagamaan dan lain-lain yang diharapkan dapat meningkatkan mutu lembaganya, mensejahterakan dan menentramkan hidup dan kehidupan setiap individu, bawahan dan stafnya, justru menampilkan sosok pemimpin yang menonjol di bidang coercive power-nya, yang justru menakutkan. Artinya pemimpin harus hadir dengan membawa angin segar yang mengyomi bagi lingkungan organisasi, serta menjadi Icon inspiratif bagi setiap orang yang ada didalamnya, menggunakan jenis kepimimpinan yang tepat serta mau menunjukan kerja-kerja besar dan tidak diskriminatif. Yang terpenting adalah seorang pemimpin bersikap konsisten dalam menyelesaikan tanggung jawab yang di embannya.


BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN
Pemimpin berasal dari akar kata pimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “Pimpin” mempunyai pengertian bimbing atau tuntun, sedangkan pemimpin adalah orang yang memimpin. (Memimpin: memegang tangan seseorang sambil berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan, dan sebagainya), mengetuai atau mengepalai (rapat, perkumpulan, dsb), memandu, memenangkan paling banyak, melatih (mendidik, mengajari, dan sebagainya).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, Balai Pustaka: Depdikbud), dari pengertian memimpin kita banyak sekali menjumpai kata kerja/verb. Berarti dalam pengertian memimpin lebih banyak bersifat aktif dan bukan pasif. Di sini dapat kita lihat pemimpin harusnya adalah seorang yang proaktif yang menjadi perintis/pionir bagi orang-orang di sekitarnya. Bukan sebaliknya menunggu bawahan untuk bersifat proaktif dalam menyelesaikan pekerjaan dan menyelesaikan sisa pekerjaan bawahan yang belum beres.
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan, melaksanakan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan untuk suatu kurun waktu tertentu.
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.
seorang pemimpin yang baik. dalam rangka membentuk budaya organisasi yang diinginkan seyogyanya menyesuaikan diri, beradaptasi dengan golongan yang sesuai dengan citra organisasi dan diri yang bersangkutan. Jangan sampai sebuah organisasi kemasyarakatan, pendidikan, keagamaan dan lain-lain yang diharapkan dapat meningkatkan mutu lembaganya, mensejahterakan dan menentramkan hidup dan kehidupan setiap individu, bawahan dan stafnya, justru menampilkan sosok pemimpin yang menonjol di bidang coercive power-nya, yang justru menakutkan. Artinya pemimpin harus hadir dengan membawa angin segar yang mengyomi bagi lingkungan organisasi, serta menjadi Icon inspiratif bagi setiap orang yang ada didalamnya, menggunakan jenis kepimimpinan yang tepat serta mau menunjukan kerja-kerja besar dan tidak diskriminatif. Yang terpenting adalah seorang pemimpin bersikap konsisten dalam menyelesaikan tanggung jawab yang di embannya.

B. SARAN

Menjadi seorang pemimpin, berarti bertanggungjawab terhadap semua aspek yang tergabung dalam badan atau organisasi yang dipimpinnya, mengarahkan, memotivasi, mengevaluasi, merevisi dan meningkatkan kualitas kerja adalah prioritas utama untuk mewujudkan target yang telah dicanangkan.
Pemimpin berarti bertanggung jawab terhadap segala aspek yang ada di tubuh organisasi, maka menjadi pemimpin yang ideal adalah bertitik tolak pada seberapa besar kepedulian terhadap tanggung jawab yang di embannya, tidak sekedar melihatnya dari segiu kedudukan semata.



DAFTAR PUSTAKA

Ali, M, (2009), “Teknik dan Manajemen Industri”, Universitas Negeri Yogyakarta Press, Yogyakarta

Friska,Kepemimpinan Dalam Organisasi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara

Gumilar, S.Sos., M.Si.( 2008), Gumgum. Komunikasi & Kepemimpinan Dalam Organisasi. Universitas komputer Indonesia. Bandung

Sutato(1991), Dasar-Dasar Kepemimpinan dalam Organisasi, Gadjah Mada Uniersity Press, Yogyakarta

http://hmti.wordpress.com

http://www.sabdaspace.org

http://www.situs-indonesia.com

http://www.unisba.ac.id/

No comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik meninggalkan jejak..