Monday, October 20, 2014

Nisrina, Kebakaran itu, dan Pelajarannya...

Alloh Swt, Mencintai hambanya dengan berbagai bentuk peristiwa yang berikan kepada setiap hambanya. Seorang hamba diberi nikmat, itu adalah tanda cinta Alloh, dan semakin indah jika hamba bersyukur. Juga ketika diberi ujian, musibah, juga tanda cinta Alloh kepada hambaNya, dan semakin indah jika hamba tersebut bersyukur.

Setidaknya kejadian malam ini (Kos Nisrina Kebakaran), memberi pelajaran berharga bagi setiap orang yang dapat mengambil hikmahnya. Tetapi juga hati-hati dalam mengambil kesimpulan atas peristiwa tersebut, apalagi judgment atas sebab-sebab kejadian yang kurang tepat.

Saya dengar dari orang-orang dan warga yang ada disana, ketika membantu proses evakuasi. Dan pesan pendek dari salah seorang kolega. Kira-kira intinya, musibah ini disebabkan karena penghuni kos tidak srawung dengan warga, kurang respek terhadap warga sekitar, tidak unggah-ungguh, tertutup dan tidak membuka diri dengan masyarakat.

Jadi siapa yang salah, ya.. penghuni kosnya dengan segala bentuk kesalahan sosial yang mereka lakukan sehingga menyebabkan kebakaran tersebut terjadi.

STOP!.,Apa hubungannya kesalahan sosial mereka dengan kebakaran yang terjadi malam itu? tidak ada bukti dilapangan bahwa kebakaran itu disebabkan karena warga marah, karena penghuni kos bersikap Asosial terhadap masyarakat sekitar, lalu membakar kos tersebut.

Sebaiknya kita berucap dengan benar, melalui pemikiran yang dingin. Sehingga lahir gagasan yang tertib dan bemanfaat.

Bahwa warga sekitar, menyalahkan sikap sosial mereka atas kebakaran tersebut, memang berkembang ditengah-tengah warga yang semalam membantu memadamkan kebakaran. Tapi bukan itu yang menyebabkan kebakaran terjadi. Penyebab kebakaran tersebut adalah kelalaian penghuni kos.

Mb S penghuni kamar yang terbakar, menyalakan lilin. Malam itu ada kerusakan Gardu Listrik Ungaran, sehingga Jogja, Malang, dan beberapa wilayah jawa tengah padam seluruhnya. Karena hendak makan malam, Mb S kedapur. Lilin ditinggal dikamar. Usai makan ternyata Mb S tidak lansung kembali ke kamar. Tapi larut dalam obrolan bersama teman-teman kamar belakang. Karena asyik mengobrol, ternyata api lilin tadi telah membakar kamar. Mereka tersadar setelah separuh kamar mulai terbakar,  Semua yag ada di dalam kos sontak panik, dan berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya, namun kebakaran semakin membesar. Saat itulah warga menggedor-gedor pintu rumah depan. 

Yang panik bukan hanya penghuni kos. Warga yang berjibaku untuk memadamkan api sesungguhnya panik juga. Boleh jadi lebih panik dari penghuni kos. Kehilangan penghuni kos tidaklah seberapa dibandingkan dengan kehilangan warga bila api itu membesar dan menjalar kerumah yang lain. 

Membayangkan rumah yang menjadi tempat berteduh puluhan tahun, dan harta yang ludes terbakar belum lagi kerusakan properti yang tidak murah. Tentu menjadi sebab kepanikan warga. Didorong oleh motiv untuk melindungi dirinya dari kerugian, maka mereka mengerahkan seluruh tenaga dan usaha untuk memadamkan api.

Dalam situasi seperti ini, setiap orang pasti akan sangat mudah kesal dan marah, akibatnya sangat mudah mencari sebab kesalahan yang paling mudah untuk dipahami kala itu. Dan saya sempat berpikir serupa  itu. Sesaat.

Namun tentu tidak semua mereka memiliki pemikiran seperti itu, saya meyakini Nilai-nilai luhur  tradisional kita masih tertanam kuat dalam masyarakat. Kepedulian terhadap tetangga, sensitif terhadap peristiwa yang terjadi dilingkungan, dan cepat tanggap dalam memberi pertolongan yang terkena musibah. Kita harus bangga atas hal tersebut, dan semoga tetap seperti itu. 

Apapun motivnya, apapun yang terjadi, dan desas-desus yang berkembang ditengah masyarakat atas musibah tersebut. Kita perlu berterimakasih atas seluruh bantuan dan usaha warga dan pihak-pihak yang terlibat atas bantuannya dalam memadamkan kebakaran tersebut. Tidak ada balasan terbaik selain balasan dari Alloh Swt.

Terkait sikap Asosial Mahasiswa Indekos, marilah kita dudukkan pada tempatnya. Masalah ini adalah masalah klasik, disetiap tempat yang tingkat Urbannya tinggi, maka Sikap apatis masyarakatnya juga tinggi. Contohnya Jakarta. Padat penduduk, sesama tetangga tak saling kenal, dan lain sebagainya. Hubungan masyarakat banyak terjadi hanya dalam bentuk ikatan komunitas, yang tidak mengharuskan komunitas tersebut tinggal dalam satu area tertentu. Sehingga dalam satu area boleh jadi setiap warga memiliki ikatan komunitas sosial tertentu yang tidak terikat dan mengikat orang lain yang tinggal dalam satu area yang sama. Akibatnya hubungan mereka tak jarang hanya sebatas tahu "Oh dirumah tersebut ada yang tinggal". itu saja. Tanpa mengenal lebih jauh, interaksi lebih dalam, karena energinya telah habis untuk berinteraksi dalam komunitasnya masing-masing.

Mahasiswa Indekos juga sama, sebagian besar waktunya untuk komunitas sosial yang notabene tidak berdomisili ditengah-tengah masyarakat dimana mereka tinggal. Belum lagi, paham, atau pedoman yang mereka bangun tidak sinergi dengan kultur masyarakat. Tentu akan sulit mempertemukan kegiatan Indekos dan Masyarakat sekitar. Sehingga mereka-mereka ini, oleh masyarakat akan dicap Kurang Srawung, jarang bergaul dengan masyarakat, Eksklusiv, Asosial. 

Indekos yang kurang berinteraksi dengan warga adalah kesalahan, Tapi melimpahkan seluruh kesalahan  kepada Indekos atas sikap mereka itu juga kurang tepat. Semua pihak memiliki tanggungjawab yang sama untuk membangun masyarakat yang baik. Apalagi dalam masyarakat Islam kunci keberhasilan membanguns masyarakat salah satunya adalah kekuatan Interaksi antar personal.

Maka perlu partisipasi aktif, baik dari masyarakat, maupun dari indekos untuk menciptakan lingkungan sosial yang baik dan kondusif. Masyarakat sejatinya adalah komposisi sosial yang memiliki nilai tetap. Pada saat yang sama Indekos adalah individu sosial yang membawa nilai baru, atau bahkan belum memiliki nilai. 

Artinya keduanya antara masyarakat dan Individu indekos memiliki peluang yang sama untuk saling menguatkan dan saling mengisi kekurangan antara yang satu dengan yang lainnya. 

Masyarakat diuntungkan dengan kehadiran Individu Indekos, karena baik secara langsung maupun tidak langsung mereka mendongkrak indeks pendapatan. Karena kehadiran mereka berarti juga menambah daftar baru kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi, artinya membuka peluang sirkulasi ekonomi baru. Sedangkan Individu Indekos dapat belajar satu fase menjadi menjagi bagian masyarakat yang sebenarnya.

Begitulah, menurut saya bagaimana seharusnya kita mendudukkan persoalan ini. Sebab kebakaran terjadi karena kelalaian dan ketidak siapan. Barangkali karena di Jogja ini, untuk generasi saat ini, jarang menemuai kondisi pemadaman listrik, sehingga kurang perhatian dalam menggunakan peralatan-peralatan lapangan. Jadi yang perlu dibenahi adalah mengubah respon mereka atas situasi-situasi tertentu yang tepat seperti apa. 

Dalam kasus ini, maka yang tepat adalah sosialisasi dan edukasi mengenai pengetahuan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) tempat tinggal. diberikan materi dan pelatihan mengenai penggunaan alat, dan bahan-bahan lain yang terkait dengan rumat tinggal yang tepat dan benar sesuai standar keselamatan.

Sedangkan persoalan Individu Indekos yang Asosial, kurang srawung, tertutup bisa disiasati dengan program-program yang dapat menumbuhkan kesadaran bermasyarakat, bisa dengan baksos, pengajian bersama, dan program-program lain yang sesuai. Sehingga tumbuh masyarakat yang Islami dan berkah disisi Alloh Swt. (Rama)

No comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik meninggalkan jejak..