Sunday, January 1, 2012

refleksi terhadap bilangan usia kita


Bersahabat dengan waktu
Waktu berbilang angka, angka yang kita tahu jumlahnya semakin bertambah. Setelah tanggal satu, dilanjutkan ketanggal dua, lalu tanggal tiga,tanggal empat, lima, enam, dan seterusnya sampai pada angka yang disepakati sebagai siklus ulang, untuk kembali lagi kesatu. Entahlah..  padahal jika tanpa diulang sekalipun, waktu dalam bilangan akan terus bertambah.

Pengulangan ini adalah dampak dari sebuah siklus berputar yang kita tahu jika anda menggambar sebuah lingkarang, maka anda tidak akan tahu mana starting poin dan ending poinnya. Anda bebas menentukan dimana starting poinnya.. yang ketika anda mulai menggerakkan putarannya, maka siklus akan berulang ketika titik putarnya mencapai ending point yang artinya kembali ke starting point.


Ya.. lingkaran ini menyebabkan kita aka betemu sebuah titik yang serupa dalam tanda, namun berbeda dalam hitungan waktu. Kita bebas menentukan derajat posisi sebuah benda yang berputar sebagai objek pengamatan, tetapi kita tidak akan pernah menjumpai bahwa sebuah derajat posisi dapat ditempuh dua kali dalam satu waktu bersamaan.  Never…  karena waktu terus begerak. Yang dalam format bilangan dia akan selalu bertambah. 

Dalam satu bulan kita akan menjumpai bilangan hari yang semakin bertambah hingga 29. Atau 30, atau 31 hari, lalu bilangan bulan juga akan bertambah yang awalnya missal bulan satu menjadi bulan dua. Selanjutnya bulan akan bertambah bilangannya hingga nominal angka siklusnya yaitu 12. Dan tahun akan bertambah. Tapi mengapa tahun tidak memiliki siklus ulang?

Mengapa bilangan tahun belum pernah kembali kesiklus awal tahun satu? Seperti bilangan bulan dan hari?
Jadi kita bisa merasakan bagaimana rasanya tahun satu, tahu dua dan seterusnya… hehe..
Jika anda menginginkan sebuah jawaban, buka kembali pelajaran fisika tentang waktu
---------------------
Saudaraku yang dirahmati Allah, secara sadar ataupun tidak,kita berada dalam sebuah dimensi yang menjadikan bilangan sebuah aspek pokok yang tak bisa ditinggalkan. Kita melakukan pembayaran dengan sebuah bilangan, kita melakukan perhitungan dengan sebuah bilangan, kita menghitung kekayaan dengan sebuah bilangan.., jadi hidup kita berada dalam arus bilangan yang berupa angka-angka.

Dan pikiran kita mampu memanipulasi angka-angka tersebut untuk kepentingan dan eksistensi keberadaan kita, baik sebagi indvidu ataupun sebagai mahluk social. Kita mengukur kapasitas dan kemampuan dengan angka2, mengukur kekayaan dengan angka2. Kita juga menilai seseorang terkadang juga dengan angka-angka. “Ah dia mah baru sekali ini baik am ague..”. yah.. Cuma segini lagi yang dia kasih. Dan masih banyak lagi…

Sip IPK-ku nambah dari 3.00 jadi 3,7…”, kemarin aku sedekah seribu, hari ini sepuluhrib, besok seratus ribu dan seterusnya. Bangganya jika bilangan angka-angka kita bertambah.
Tapi tak selamanya juga kita merasa senang ketika beberapa angka bertambah. “..aduh bunga utangku kok semakin bertambah ya..”. “.. halah kok, kolesterolku namba..”, “..lha kok bisa, ubanku nambah lagi..” dan seterusnya..

Begitulah sikap kita terhadap perubahan angka-angka yang ada disekitar kita, kadangkala kita merasa senang dengan perubahannya, kadang kala kita merasa susah dan sedih atas perubahannya, tergantung besar kecil untung rugi yang diperolehnya.
------
Namun kadang kala kita salah dalam menyikapi perubahan angka yang satu ini. Sekarang berapa banyak orang yang berpesta pora dan bersenandung ceria, menari-nari, tertawa-tawa ketika ada pergantian (bertambahnya) tahun? 

Ya.. hampir sebagian besar orang berbahagia dan saling berpesta pora. Sebagian besar televisi akan menampilkan konser kemenangan dan kebahagiaan.”..Bagaimana tidak, ya harus banggalah.. tuh liat tahun kita bertambah. Dari 2011 jadi 2012, nambah satu, nambah banyak.. kerenkan?..”

Pokoknya tahun baru, kita haru merasa bangga., dan harus monumental, tidak terlupakan dan asyik. Kembang api disiapkan, petasan dihidupkan, knalpot dicopot di geber-geber biar rame, music dikeras-keraskan, semua yang pesta-pesta digiatkan..

Bagaimana seharusnya saya menuliskan…
Faktanya memang setiap bilangan waktu selalu bertambah, dan setiap pertambahannya senantiasa menimbulkan kebanggaan. Kebanggaan atas ketahanan atas hidup dimasa lalu yang telah lewat. Seorang ayah akan bahagia dalam  pertambahan waktu ini, karena dalam kenanganya ia mampu menafkahi keluarga dan menjaga keluarganya, dan ini adalah prestasi. Seorang ibu berbahagia Karena keberhasilannya mendidika anaknya, dan ini juga prestasi, demikian juga seorang anak, bangga dalam pergantian tahun kira2  apa lagi prestasi yang bisa ditorehkannya.

Tetapi sungguh dalam penambahan bilangan waktu disetiap pergantiannya, dia membwa pesan khusus kepada manusia tentang dzat yang kelak akan menghilang seiring bertambahnya waktu. Seperti dalam prinsip ekonomi, nilai sebuah barang akan berkurang. Atau dalam prinsip mekanik bahwa efisiensi akan berkurang berbanding lurus dengan lama waktu pemakaiannya.. dan seterusnya..

Ya.. bilangan waktu yang bertambah itu mengingatkan kita bahwa suatu hari kita tidak akan mampu menampung jumlah waktu yang semakin bertambah. Dengan kata lain.. usia kita yang bertambah itu, tahun kita yang bertambah itu.. menyampaikan bahwa kita telah melewati sekian waktu bilangan usia yang kita miliki saat ini… dan masih ada sisa sekian waktu….


No comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik meninggalkan jejak..