Sunday, March 24, 2013

Mengulas Filem Republik Twitter

Rupanya saya agak telat nonton filem ini. Sudah tayang tahun kemaren. Ide ceritanya menarik, fresh, kita sering menyebutnya dengan kontekstual. Ya.. berhasil menangkap fenomena yang tengah berkembang ditengah-tengah masyarakat sosial saat ini. Yaitu  menjamurnya kecenderungan masyarakat untuk memindahkan dunianya ke Dunia Maya alias internet. Dan apartemen yang mereka tuju adalah jejaring sosial, atau lebih familiar dengan media sosial (medsos). Dan kamar yang paling sering menjaid persinggahan adalah FB atau Twitter. 
Ada banyak teori yang berkembang terkait dengan fenomena ini. Kemajuan teknologi telah menghapus jarak antar individu, sehingga informasi yang berkembang ditengah masyrakat dapat menyebar begitu cepat, mengalahkan informasi yang ditayangkan lewat koran atau televisi. Bayangkan saja, orang tidak perlu lagi menunggu 24 jam untuk mendapatkan informasi yang terjadi ketika Indonesia kalah dengan skor 1-2 ketika melawan kesebelasan Arab Saudi. Yang menonton tentu akan segera tahu, tapi bagi yang sedang tidak menonton, hanya dalam hitungan detik akan segera tahu informasi kekalahan itu melalui statement yang dibuat para pengguna Facebook atau Twitter lainnya.

Selain itu, masyarakat cenderung Acceptable terhadap kehadiran trend global. mengikuti apa yang sedang tenar dilingkungan mereka. Ini adalah karakter khas yang dimiliki oleh kehidupan sosial sebuah komunitas masyrakat. 

Teknologi yang mampu menghilangkan sekat dan jarak interaksi informasi antar individu, dan kecenderungan masyrakat yang cenderung follower  menjadi perpaduan yang menjadikan masyarakat kita "menggeser" kehidupan sosial mereka dari dunia nyata menuju dunia maya.

Sehingga untuk mengambil keputusan besar dalam hidup kita, barangkali kita akan meminta pendapat kedua dari dunia maya. 

Ini pula yang saya tangkap dari filem Republik Twitter besutan Kuntz Agus, dunia internet telah menjadi satu sarana untuk membangun opini publik, menggantikan peran televisi dan surat kabar. tidak perlu kerangka para pengamat untuk meciptakan frame masyrakat, karena yang diperlukan adalah bola panas yang secara intens di blow up, sehingga masyarakat ini terbentuk untuk menerima opini  yang sebenarnya sengaja digulirkan.

Dengan mudahnya, Twitter mampu mengarahkan publik pada satu opini tertentu.untuk meraih tujuan yang diinginkan.
-----------------
Tentu semua itu, bergantung pada pilihan sikap seseorang dalam menerima informasi yang berkembang dilingkungannya. Dan sikap ini bergantu pada pandangan hidup yang dimilikinya. Jadi sangat penting sebenarnya membangun pijakan ideologis bagi seseorang.

Sebagai seorang muslim, maka pijakan baik buruknya sesuatu itu berdasarkan pada Al Qur'an dan sunnah. bila ada keraguan tentang pilihan kita atas peristiwa yang terjadi, maka kembalikanlah semua itu pada ketetapan Allah Swt. 

No comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik meninggalkan jejak..