Saturday, November 17, 2012

Fatwa Mauldhana dalam dua pertemuan


Saya bertemu beliau dua kali. Setidaknya itu adalah dua kali yang berkesan dalam perjumpaan dengannya. Dua kali yang member inspirasi, dua kali yang membongkar semangat, dua kali yang menanamkan keteguhan menjalankan tugas, dua kali yang member sentuhan kebersamaan. Keluarga.

Dia adalah orang yang layak mendapat pujian dan penghargaan. Meski dalam dua pertemuan,  semoga Allah merahmatinya, semua semangat membangun etos kerja yang tinggi seperti terurai dalam untai kata-kata yang bermakna. Tak sekedar kata yang keluar dari seorang yang putus asa atau bingung tanpa arah. Dia berkata, seolah tengah merencana menguasai dunia, atau Al Fatih yang tahu benar bahwa takdirnya menaklukkan konstantinopel. Ambisius, pemimpi, menyandang visi yang tinggi, pantang menyerah, dinamis, produktif, dan kaya ide-ide cemerlang.

Dua yang pertama, waktu itu saya baru ngantor di PPPA Daqu Jogja. Sebagai relawan Ramadhan. Ketika tulisan ini terbit, Alhamdulillah saya sudah merampungkan kontrak saya sebagai relawan. Saya sering mendengar sebuah nama, nama yang pada pertemuan ini sungguh menawan ketakjuban bahwa ada kepribadian seperti ini dalam dirinya. Pertemuan pertama itu adalah ta’aruf. Bekenalan. Kebetulan tiga orang relawan yang bertugas di belakang meja kantor fundrising ada tiga orang, salah satunya saya. 


Orangnya berperawakan sedang, umumnya postur orang Asia (jawa). Wajahnya agak lonjong, berkaca mata, seingat saya hidungnya agak sedikit mancung. Yang lainnya saya tidak begitu ingat. Kalau pada tulisa sebelumnya yang berjudul “Jeda lalu bekerja lagi” saya melukiskan suasana kantor yang penuh dengan canda dan tawa, maka saya tidak heran mengapa lingkungan kerja itu bisa tercipta. Ya.. Beliau Fatwa Mauldhana.
Bagaimana rasanya jika kita makan kerupuk? Renyah bukan. Kata-kata dalam pertemuan pertama itu berhasil menumbuhkan kedekatan. Itu suasana keluarga. Semoga Allah menerima segala amal baiknya.

Pertemuan yang kedua, adalah pertemuan yang sedikit personal. Sore seminggu sebelum ramadhan.  Setelah usai menjalankan tugas-tugas kefundrisingan. Saya sejenak melepas lelah menikmat kursi emput dan berselancar di Dunia Maya. Hanya saya sendiri di ruangan itu. Dia tiba-tiba dating. Mengucap salam lalau dengan mimic serius bertanya,”Apa kabar hari ini?”. Saya cukup kaget. bukan pada pertanyaannya. Tapi pada bagaimana dia mengucapkan pertanyaan itu, serius dan penuh kepastian namun perhatian. Usai menjawab salam saya sekenanya menjawab, “Alhamdulillah pak, cukup melelahkan”.  “Semangat!” 

Dua sikap yang berbeda dalam dua pertemuan yang berbeda saya temui pada dirinya. Di satu sisi dia adalah sang perekat keakraban, supel, enteng, cair, menggoda, menggemberikan. Disisi yang lain dia adalah sosok yang serius, mantap, kokoh, hati-hati, sistematis, pantang menyerah.

Selamat jalan pak Fatwa. mereka mengira kau telah mati, tapi sesungguhnya kau hidup di sisiNya. begitulah sunnah orang-orang yang berjuang dijalan Allah.. Hadza fi sabili...

No comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik meninggalkan jejak..