Monday, March 31, 2014

"Kenapa kalau Tarbiyah emang harus pilih PKS, Kak?"

Sebuah pertanyaan menarik dari sebuah grup WA malam kemarin dari seorang teman, membuat grup tersebut cukup dinamis semalam dan membahasnya cukup panjang. Dan akhirnya pertanyaan ini pun mengusik pikiran saya. Sebagai seorang simpatisan sejati #azeeeg , pertanyaan ini membuat saya termenung beberapa saat, lalu mereka-reka ulang, mengingat-ingat kembali saat-saat ketika...saya terlintas pertanyaan yang sama! :)

Yap, memang sudah menjadi rahasia umum ada sesuatu di antara keduanya. Ada sesuatu yang mengkaitkan mereka. Tarbiyah dan PKS. Liqo-liqoan dengan PKS. Semakin lama saya cermati, dari saya masih menjadi peserta pengajian saja hingga menjadi mentor dan murrobbi, akhirnya saya semakin menyadari bahwa teman-teman sesama aktivis, kemudian senior-senior yang membimbing kami selama ini, terlihat jelas afiliasinya mendukung penuh kerja-kerja dari partai yang satu ini. Setiap ikut acara munasaroh Palestina hingga agenda kampanye-kampanye partai ini, orang-orang yang saya kenal betul adalah ‘orang baik’ pun ikut meramaikannya. Ya, tentu saja kita punya ujung pikiran yang sama. Kesel :p

Apaan sih PKS? Kenapa sih harus partai-partaian segala? Kenapa tarbiyah harus ikut-ikutan terlibat dengan politik yang di Indonesia kini sudah hampir tidak ada harapan lagi..Pikir saya kala itu. Namun pada akhirnya memang kita harus memilih, karena hidup adalah rangkaian dari pilihan-pilihan yang kita pilih sendiri bukan?
Saya pun mulai merenung apa saja pilihan-pilihan mendasar yang telah saya ambil terkait hal ini, randomly mungkin alurnya seperti ini.

1. Sebagai seorang manusia, saya dihadapkan dengan pilihan yang paling mendasar, mau menjadi manusia yang percaya dengan agama atau tidak sama sekali? Di titik ini, saya masih yakin bahwa saya masih ingin menjadi seorang yang beragama.

2. Ketika memutuskan untuk beragama, saya mendapati beberapa pilihan agama dan dari sekian banyak pilihan agama, saya yakin memilih Islam sebagai agama yang saya yakini.

3. Menjadi seorang muslim pun dihadapkan pada pilihan, mau menjadi muslim yang biasa-biasa aja (sholat, puasa, ngaji, dll sekedarnya) alias pasifis atau memilih menjadi aktifis yang memiliki ranah amal yang luas serta insya Allah lebih besar pahalanya di sisi Allah? Saya memilih menjadi aktifis.

4. Kalau jadi aktifis, mau jadi aktifis yang dakwahnya sendirian atau berjama'ah? Tentu lebih menguatkan dan berkah berada di dalam jama'ah.

5. Nah..ini baru mulai sulit..dari sekian banyak pilihan jama'ah, yang mana yang mau dipilih? Setelah menimbang dan banyak membandingkan cara dakwah masing-masing jama'ah, saya merasa paling pas *sekali lagi paling pas bukan yang paling benar* dengan karakter saya adalah jama'ah Tarbiyah.

6. Setelah sekian lama berada di jama'ah tarbiyah, ngeliat kok ada yang berpartai-partai bergitu..Di titik ini, saya menanyakan hal yang sama dengan judul tulisan ini! Yap, pada akhirnya akan muncul pilihan selanjutnya, menerima tarbiyah sekaligus dengan konsep kepartaiannya atau tarbiyah-tarbiyah aja nggak usah partai-partaian?

Sampai disini uda mulai susah pertanyaannya..hehe. Gak semudah pertanyaan sebelumnya. Pertanyaannya mungkin harus dipermudah.

Kalau secara umum, kita mengakui tarbiyah baik, kenapa di titik yang sensitif ini (politik), tarbiyah memutuskan untuk berpartai? Kenapa nggak jadi lembaga dakwah yang konsisten pada pembinaan umat saja seperti Daarut Tauhid nya Aa Gym misalnya, PPPA nya Ustadz Yusuf Mansur yang fokus membibit penghafal Al Qur'an, atau bahkan Majelis Rasulullah yang setiap pengajian selalu penuh dan padat dengan jama'ah..kenapa tarbiyah harus masuk dalam politik?

Akhirnya harus cari tau kan?

Mulailah bergerilya, tanya-tanya, diskusi-diskusi, baca-baca buku...dan akhirnya nemu beberapa kesimpulan besar.
- Ooh iya ya..jadi inget konsep Syumuliyatul Islam yang dulu diajarkan pertama kali di liqo, Islam itu ajaran yang menyeluruh, termasuk bila politik adalah hal yang sangat krusial bagi umat dan selalu kita hadapi (secara hampir tiap berapa tahun ada Pileg lah, Pilpres, Pilgub, Pilwakot, dsb), maka sangat tidak mungkin bila ajaran agama ini tidak masuk ke ranah tersebut

- Ooh..ternyata memang dari dulu disadari ini adalah pilihan yang berat..tapi memang harus dijalani karena yang kami yakini ustadziyatul 'alam adalah amanah yang Allah berikan, karena Islam tertegak kembali di muka bumi ini adalah suatu keniscayaan.

- Ooh..ternyata dulu pun banyak orang-orang yang nggak setuju kayak saya, sampai-sampai akhirnya keputusan berpartai atau tidak pun harus diputuskan melalui voting, katanya sih begitu.

- Daaan #jengjengjeng..akhirnya diputusin juga untuk harus berpartai.
Sampai di state ini pun masih meragu, masih ada letupan hati yang bergejolak.. #ceilah :D
'Istafti fii qolbak', atau mintalah fatwa kepada hatimu. Begitulah nasihat para tabi'in dan ulama kepada siapapun yang berada dalam keraguan, apabila tidak berhasil menemukan jawabannya di literatur-literatur utama Qur'an dan sunnah.

Dengan seuprit pengetahuan dan pemahaman yang saya miliki, berikut akhirnya menjadi beberapa pertimbangan utama saya selanjutnya:

1. Keputusan berpartai ini diputuskan di dalam syuro, yang berisi orang-orang terbaik di jama'ah ini. Dimana syuro pun begitu tinggi dijunjung nilainya oleh jama'ah ini, sesuai dengan yang kami yakini bahwa Allah akan selalu bersama 'tangan-tangan' jama'ah. Maka, siapakah saya yang ngerasa pinter dan benar membuat keputusan seenak sendiri?

2. Berbekal informasi yang saya ketahui selama berada di jama'ah ini, kedekatan-kedekatan dengan beberapa 'pejuang' yang saya kenal betul yang kini berjuang didalamnya, serta gencarnya musuh-musuh Islam dalam setiap upaya-upaya kebenaran hari ini, semakin meyakinkan bahwa keputusan ini memang benar harus diambil dan didukung

Dan..#jengjengjeng, akhirnya setelah berkontemplasi sedemikian panjang..yap, akhirnya fiks saya memilih nomor 3! :D

Saya selalu berdoa kepada Allah untuk diberikan petunjuk agar selalu berada di jalan kebenaran..Pun saya selalu berusaha meluruskan niat ketika berjuang di partai ini:

1. Saya berpartai sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan ikhtiar bersama orang-orang yang bersama-sama mencintai Allah untuk menegakkan kalimatulloh di bumi ini.

2. Dengan berpartai PKS, bukan berarti partai yang lain buruk, bukan berarti jama'ah yang lain buruk..karena sejatinya yang Allah nilai kelak bukanlah apa partai dan jama'ah kita, melainkan nilai dari setiap amal pribadi kita, di jama'ah apapun, di partai manapun..Karena yang akan dihisab kelak adalah 'liyabluwakum ayyukum ahsanu amala', yakni siapa-siapa sajakah yang memiliki amalan-amalan terbaik, siapa-siapa sajakah yang memiliki prestasi dan karya terbaik untuk Allah..

“Sebanyak apapun Ormas kita buat, sekuat apapun Ormas kita buat, semaksimal apapun gerakan ormas dalam masyarakat, tetap saja yg diijinkan membuat undang-undang adalah DPR yg diisi perwakilan dr parpol, bukan Ormas. Maka hukum sebagai dampak dari proses politik ini mengatur semua tata aturan hidup berbangsa dan bernegara ini dilahirkan dari Parpol. Jadi kalau kita ingin merubah undang-undang menjadi lebih islami, itu dihasilkan oleh Parpol, bukan oleh yang lain. mau bagaimanapun, ini kenyataan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia..” (Abu Syauqi, founder Rumah Zakat)

"Independen bukanlah kebaikan atau kebanggaan, bersama kebenaran itu baru kebaikan.." (Bang Banu Muhammad)

"Akumulasi orang-orang baik, berani mengambil resiko, yang bersatu, kemudian bertemu momentum itulah, kemudian kita sebut dengan kemenangan. Kemenangan bersama. Because, the winner never stands alone." (Scientia Afifah)

Yap, just a thought. Saya menulis ini bukan sebagai juru bicara PKS, karena pun simpatisan biasa yang nggak punya KTA, jadi ini pure opini pribadi tidak mewakili sesuatu apapun. :D

Setuju tidak setuju memang pilihan masing-masing, yang penting mari kita terus beramal! :)
Depok, 31 Maret 2014
Big

Sumber:: Grup WA :Shared by Lukmanul Hakim

No comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik meninggalkan jejak..