Monday, February 25, 2013

Bercermin pada hatimu | DH Devita

Tidak sengaja, saya menemukan buku ini ketik sedang mendengarkan tilawah diperpustakaan masjid Al Mujahidin. tergeletak diatas meja baca, mungkin ada pembaca yang enggan mengembalikannya atau mungkin baru saja dikembalikan oleh peminjam dan belum sempat disirkulasi oleh petugas perpustakaan.

Saya mulai membuka beberapa lembar, membaca beberapa tema tulisan, melompat lompat pula mbacanya. lalu meletakkan kembali ketempat semula. Selanjutnya saya kembali mendengarkan tilawah.

Dalam mendengarkan tilawah, saya merenungkan sesaat buku yang baru saja saya baca. Eits.. saya rasa saya tertarik dengan renungan DH Devita. beberapa tema yang disuguhkan dalam buku itu benar-benar mewakilkan sebagian renungmalam yang akhir-akhir ini menggelayut dalam kepala, ujian ukhuwah, menjadi pilar, biarkan jatuh kejurang, menjadi ruh dan beberapa lainnya. Meskipun dibeberapa tulisan lainnya terlihat DH Devita mengkhususkan bagi kaum perempuan. atau jangan-jangan memang buku ini khusus untuk para hawa ya (hadeuh..).

Akhirnya saya putuskan untuk membacanya.


Saya benar terbawa goresan tinta DH Devita. Mengikuti dengan seksama perjalanannya memenuhi undangan salah seorang teman yang baru dikenalnya. Perjuangannya mengalahkan rasa malas yang mendera ketika hendak menghadiri agenda pembinaan. Juga tekadnya ketika menghadiri mabit. saya juga merasakan bagaimana ruhnya kembali segar setelah mengikuti kegiatan tersebut.

Di waktu yang lain, saya dapat pula memahami kerumitan DH dalam membuat pilihan-pilihan dalam kehidupannya. menjadi seseorang yang being annoyed by others, terutama keluarga, sehingga seolah pilihan-pilihan sikap yang hendak kita ambil belum dianggap matang, pilihan merekalah yang terbaik. Juga ketika pilihan ketika menjabat amanah yang diluar minatnya. menjadi bagian dari divisi pembinaan, tapi justru dari situlah pengalaman dan pengjaran banyak diambil.

Di lembaran yang lain, saya menyaksikan keharmonisan keluarga DH. harmonis bukan karena semua dalam kesempurnaan. Saya adala pembicara aktif sedang suami adalah pasif, begitu yang disampaikan DH dalam salah satu tulisannya. bagaimana tidak, DH memag suka tantangan, dia putuskan menikah dengan orang yang belum pernah dikenalnya, bakan teman sepermainan, bukan teman sepekerjaan, dan juga bukan teman sekuliahan. biar seru, ada tantangan.. begitu katanya.

Dan masih banyak lagi kisah lainya dituliskan dengan kalimat yang tidak membuat jenuh, terutama tentang dunia para hawa.

Pada akhirnya Menjadi pilar & menjadi ruh adalah renungan yang sangat berbekas dalam diri saya. barangkali disuatu waktu nanti saya akan membuat renungan serupa, versi saya tentunya.

Intinya kita adalah bagian dari dakwah, salah satu kekuatan yang menopang dakwah itu berdiri. Jadi jangan biarkan diri kita hancur, karena akan menghancurkan bangunan dakwah, meski dengan skala yang kecil.

1 comment:

Pembaca yang baik meninggalkan jejak..