Rasa-rasanya baru kemarin, lubang dalam hati menganga semakin lebar. Serasa beban hidup begitu berat, terlampau berat untuk dijalani, begitu pikirku.
Tiga tahun terakhir, ada satu surat dalam Al Qur'an yang menjadi favoritku. Al Insyiroh. Surat yang mengjarkan tentang harapan hidup yang lebih tinggi. agar tetap optimis sampai finish begitu ungkapan yang sering terlontar dari kawanku.
Ya,. tiga tahun terakhir, dan tahun ini adala puncaknya. Jika bukan karena karunia Allah tentu aku tak akan mampu melewatinya. Allah tunjukkan padaku simpul-simpul ibrah dari serentetan peristiwa. kuhabiskan malamku dengan renungan panjang, nyaris tak ada malam yang kulalui sedang karuniaNya mengitariku. Allah juga yang memberi kesabaran yang lebih, ketegaran yang lebih, khusnudzon yang terbaik.
menengok tiga tahun terakhirku, penuh dengen kepengecutan dan kemalasan. disorientasi dan kebingungan. sampai Allah yang Maha Agung menunjukiku jalan. bersabar lebih, ber-tegar lebih, berkhusnudzon lebih, berikhtiar lebih.
Namun tak pernah terbersit bahwa kini aku adalah lembaran kertas putih, yang kutahu aku adalah kaca bernoda, aku ingin membersihkannya sampai terlihat kembali cermin diri yang pernah hilang. menggosoknya sampai bersih.
Memang ada luka yang begitu lebar, tapi rupanya pasti ada kejutan yang lebih sejuk menyembuhkan luka, menggelorakan jiwa, menghangatkan suasana, menunjukkan arah, membentangkan tujuan, lalu hidup dalam gempita syukur.
No comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik meninggalkan jejak..